Rabu, 08 Desember 2010

Bahaya Potensial Di Rumah Sakit.

Bahaya potensial di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi dibagi menjadi lima perantara diantaranya: Chemical agent, Physical agent, Biological agent, Psycological agent, Ergonomical agent atau Mecanical agent.
a.      Chemical agent.
Bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi adalah:
1. Gypsum: Kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2H2O.
2. Acrylic (polimer dan monomer): Methyl metacrylate.
3. Ceramic: Feldspar (K2OAl2O3.6SiO2), Silica (SiO2), Alumina Al2O3).
4. Logam: NiCr, CoCr, Orden (CuAl), Silver alloy, Paladium (Pd), Titanium (TiAlV), Berilium (Be), Platinum (Pt), Cuprum (Cu), Argentum (Ag), dan lain-lain.
5. Wax: Parafin (Ceresin), Getah karet/getah resin (resin alami).
6. Bahan tanam: Fosfat bonded investmen (NH4MgPO4.6H2O), Silica bonded investmen (SiCOH)4+4C2H5OH).
7. Bahan abrasive: Al2O3 (alumina Oksida), Kapur atau calcium  carbonat (CaCO2), Silica dari alumina, Besi, cobalt, magnesim, dan lain-lain.
8. Cairan electrolit (H2SO4).
9. Asap dari burn out manual.
b.      Physical agent.
1.   Debu.
Debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum.
a.   Pengontrolan debu dalam ruang kerja:
1.      Metode pencegahan terhadap transmisi ialah:
a.       Memakai metode basah: Lantai disiram air supaya debu tak berterbangan di udara. Pengeboran basah (wet drilling) untuk mengurangi debu yang ada di udara. Debu jika di semprot dengan uap air akan berflocculasi lalu mengendap.
b.      Dengan alat: Scrubber, Elektropresipitator, Ventilasi umum.
2.      Pencegahan terhadap sumber: diusahakan debu tidak keluar dari sumber yaitu dengan pemasangan local exhauster.
3.      Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau masker.

2.   Kebisingan.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik, kebisingan merupakan suara yang tidak dikehandaki. Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16-20.000 Hz, dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus menerus. Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini disebut critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang timbul di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi. Sumber kebisingan berasal dari suara mesin gerinda dan suara kompresor pada proses sandblasting, suara mesin trimer, dan lain-lain.
a.   Gangguan Kebisingan di tempat Kerja.
Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif. Gangguan kebisingan ditempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Gangguan Fisiologis.
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac out put dan tekanan darah.

2.      Gangguan Psikologis.
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan  psikologis. Suara yang tidak  dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir, dan lain-lain.
3.      Gangguan Patologis Organis.
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanent.
b.   Pengendalian Kebisingan dilingkungan kerja.
1.      Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap pekerja.
Untuk menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap pekerja dapat dilakukan dengan isolasi tenaga kerja atau mesin yaitu dengan menutup atau menyekat mesin atau alat yang yang mengeluarkan bising. Pada dasarnya untuk menutup mesin-mesin yang bising adalah sebagai berikut:
a.       Menutup mesin serapat mungkin.
b.      Mengolah pintu-pintu dan semua lobang secara akustik.
c.       Bila perlu mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi penjalaran getaran.
2.      Menghilangkan kebisingan dari sumber suara.
Menghilangkan kebisingan dari sumber suara dapat dilakukan dengan menempatkan perendam dalam sumber getaran.
3.      Mengadakan perlindungan terhadap karyawan.
Usaha melindungi karyawan dari kebisingan dilingkungan kerja dengan memakai alat pelindung telinga atau personal protective device yaitu berupa ear plugs dan ear muffs.


3.   Getaran.
Pemaparan terhadap getaran pada umumnya berasosiasi dengan pemaparan terhadap kebisingan, karena getaran dan kebisingan lebih sering berasal dari sumber yang sama. Getaran dapat diartikan sebagai gerakan suatu sistem bolak balik, gerakan tersebut dapat berupa gerakan yang harmonis sederhana dapat pula sangat kompleks yang sifatnya dapat periodik atau random, steady atau transient, kontinyu atau intermittent. Sistem tersebut dapat berupa gas (udara), cairan (liquid), dan padat (solid). Partikel-partikel dari suatu sistem (gas, cair dan padat) mempunyai karakteristik sebagai berikut yaitu mempuanyai amplitudo, kecepatan dan percepatan (akselerasi). Getaran dapat menimbulkan gangguan pada jaringan secara mekanik dan gangguan rangsangan reseptor syaraf didalam jaringan. Pada efek mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak atau metabolismenya terganggu. Sedangkan pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui syarap sentral atau langsung pada sistem autonom. Kedua mekanisme ini terjadi secara bersama-sama.
a.   Pengaruh Getaran terhadap Manusia.
Dampak getaran terhadap tubuh manusia sangat tergantung pada sifat pemaparan, yaitu bagian tubuh yang kontak dengan sumber getaran. Bentuk pemaparan dapat dibagi dalam dua katagori yaitu:
1.      Pemaparan seluruh tubuh.
2.      Pemaparan yang bersifat segmental yaitu hanya bagian tubuh tertentu (misalnya: lengan dan bahu) yang mengalami kontak dengan sumber getaran. Dua gejala terutama ditemukan sehubungan dengan akibat-akibat getaran mekanis pada lengan adalah kelainan pada peredaran darah dan persyarafan serta kerusakan pada persendian dan tulang.
b.   Mengontrol Getaran:
Beberapa cara untuk mengontrol atau mengurangi getaran adala sebagai berikut:
1.      Isolasi sumber getaran.
Mempergunakan bahan isolator yang mempunyai kemampuan yang baik untuk meredam getaran yang ditransmisikan sumber (mesin) terhadap isolator. Isolator yang baik untuk meredam getaran tersebut dari material yang mempunyai frekwensi resonansi lebih kecil dari frekwensi sumber, biasanya dipergunakan bahan yang tidak kaku, frekwensi isolator akan saling meredam dengan frekwensi sumber.
2.      Damping (meredam getaran).
Damping adalah suatu mekanisme untuk meredam getaran dengan cara menempelkan suatu sistem resonan pada sumbu getaran. Dengan sistem resonan ini getaran dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Beberapa cara damping dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Dengan cara interface damping.
b. Dengan cara penerapan suatu lapisan material: dapat  dilakukan dengan mempergunakan bahan yang lunak misalnya asphalt. Asphalt mempunyai frekwensi resonansi yang sangat rendah, sehingga dapat meredam getaran yang ditimbulkan oleh mesin.
c. Dengan cara memakai bahan "sandwich" sebagai pengganti bahan utama pada sumber gataran. Sandwich material adalah suatu lapisan material yang disisipkan diantara dua lapisan plat yang dipakai sebagai sistem resonan. Perbedaan frekwensi resonansi dari dua macam material tersebut dapat meredam getaran yang dikeluarkan oleh mesin.
3.      Mengurangi atau menghilangkan gangguan mekanik yang menyebabkan getaran. Gangguan mekanik yang ditimbulkan getaran dapat dikontrol dengan mengurangipengaruh gesekan pada roda-roda dudukan mesin atau keseimbangan atau pemantapan dudukan mesin dan lain-lain. Seringkali getaran mesin dapat dikurangi dengan cara mengatur keseimbangan putaran mesin dan lain-lain.
4.   Suhu Udara.
Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula pans tubuh akan hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini serasi dan seimbang, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. Tekanan panas yang berlebihan akan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung menjadi bertambah. Nilai ambang batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21º-30ºC suhu basah. Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 22º - 27ºC. Yang dimaksud dengan tempertur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima oleh rtubuh dalam ruangan. Temperatur efektif akan memberikan efek yang nyaman bagi orang yang berada diluar ruagan. Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong produktifitas antara lain dengan air conditioning di tempat kerja. Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang berakibat keluhan-keluhan dan kadang diikuti meningkatnya penyakit pernafasan. Sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Suhu distel pada 25º-26ºC.
b.   Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan pengaturansuhu di rumah.
c.    Bila perbedaan suhu di dalam dan luar lebih 5ºC, perlu adanya suatu kamar adaptasi.
5.   Kelembaban Udara.
Kelembaban adalah: banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan  dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubunya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem peguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
6.   Pencahayaan.
Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat manusia membutuhkan pencahayaan. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan di tempat kerja yang harus diperhatikan adalah pencahayaan. Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada karena berhubungan dengan fungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi produktifitas bagi tenaga kerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja, standar pencahayaan untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 500-1000 Lux.
7.   Radiasi.
Sumber radiasi dapat berasal dari alam dan buatan. Dampak radiasi terhadap kesehatan tergantung pada: lamanya terpapar, jumlah yang diserap, tipe dan lebih spesifik lagi adalah panjang gelombang. Pancaran yang paling berbahaya adalah gelombang pendek, termasuk ionisasi dan radiasi sinar ultraviolet. Akibat radiasi ultraviolet pada umumnya mengenai mata dan kulit, bila mengenai mata dapat menyebabkan conjuctivitis.
c.       Biological agent.
Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur dan mikroorganisme lain yang dibutuhkan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi dan proses penyimpanan hasil produksi. Contoh paparan biologi di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi adalah:
1.      Sumber infeksi: terpapar mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan lain-lain.). misalnya:
a.       Model cetakan yang belum didesinfeksi (bila menerima model cetakan dari dokter gigi harus harus direndam dalam larutan desinfektan terlebih dulu sebelum dikerjakan).
b.      Repair denture: sebelum denture direpir harus direndam dalam larutan desinfektan, karena base akrilik muadah ditumbuhi jamur terutama candida albicans.
c.       Penyimpanan model harus ditempat yang kering atau tempat yang tahan kelembaban untuk menghindari tumbuhnya jamur.
d.      Model stone atau gypsum setelah dilepas dari cetakan lebih baik direndam dulu dalam cairan desinfektan.
2.      Bahan iritan: paparan bahan yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit., misalnya: polimer akrilik, larutan electropolishing, dan lain-lain.
d.      Psycological agent.
Psycological agent meliputi: tanggung jawab pekerjaan terhadap orang lain, beban kerja, ketrampilan, dan lain-lain. Contoh: perasaan was-was saat menunggu hasil setelah proses praktikum, dan lain-lain.
e.       Ergonomical agent.
Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari menusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, higeine perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. 
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis, psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dinjurkan modifikasi yang sesuai antara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja dan meningkatkan produktivitas.
1. Disain tempat kerja: gambaran dasar untuk kenyamanan, produktifitas dan keamanan.
a. Rancangan dan arus lalulintas.
b. Pencahayaan.
c. Temperatur, kelembaban dan ventilasi
d. Mobilisasi (aktifitas kerja).
e. Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan padat).
2. Proses dan disain perlengkapan: untuk fungsi dan keamanan.
Disain tempat dan alat kerja akan mempengaruhi kenyamanan, keamanan dan produktifitas dalam bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar